Selamatkan Budaya Pendidikan Jangan Cuma Kognitif


            Pada hari Rabu, 05 Oktober 2016 Himpunan Mahasiswa Jurusan PLS (Pendidikan Luar Sekolah) mengadakan seminar nasional dengan Tema yang sagat menarik “Selamatkan Budaya Pendidikan Jangan Cuma Kognitif”  dengan bintang tamu oleh Sakban Rosidi dan Sujiwo Tejo. Dengan peserta yang beratus-ratus bahkan bukan hanya mahasiswa UM saja melainkan mahasiswa dari UNEJ, UNESA, UNIM, UMM, UIN Malang dan yang umum  lainnya mereka sangat antusias mendengarkan. Karena bukan hanya ceramah dan materi saja yang bisa kami ambil tetapi sebuah music seriosa, jaman dulu yang sampai sekarang masih di mainkan oleh Bapak Sakban dan Mbah Sujiwo sampai saat ini.

Profil dari Bapak Sakban Rosidi adalah seorang Pengamat pendidikan, Sekretaris eksekutif (Universitas Islam Mojopahit) membina kelas Filsafat dan Metodologi Penelitian Pengembangan pada Program Pascasarjana; Psikologi Sosial, Sosiologi dan Antropologi pada Program Sarjana. Cukup lama mengajar filsafat, linguistik dan cultural studies di Program Studi Sastra Inggris. Beliau juga mengajak teman sekawan ngopi di saat itu salah satunya adalah Bapak Rektor dari UNIM(Universitas Islam Majapahit) dari mojokerto. 

Yang bernama DR. H. Rachman Sidharta Arisandi, S.IP., M.Si. Sedangkan nama asli dari Sujiwo Tejo sendiri adalah Agus Hadi Sudjiwo (lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962; umur 54 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan Indonesia. Lebih biasa dikenal dengan sebutan “Mbah Tejo”. Beliau pernah mengikuti kuliah di ITB, namun kemudian mundur untuk meneruskan karier di dunia seni yang lebih disenanginya. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".    
.
Sebelum Seminar dimulai para pemateri memulainya dengan sebuah music dalam gaya yang berbeda-beda. Selanjutnya Bapak Sakban Rosidi menjelaskan bahwa tujuan mahasiswa adalah untuk mendapatkan kognitif, afektif dsn motorik, dlam motorik sendiri terdiri dari dua yaitu psikologi motorik dan skological motorik  Pada psikologi motorik dapat di amati dalam keadaan fisik dimana seorang atlet yang memiliki kemampuan cepat dalam berlari hingga beratus ratus meter sedangkan sedangkan pada skilogical motoric dalam cari menuliskan sebuah materi sebagai penunjang agar tidak lupa.  Kognitif, Afektif dan motoric jangan di ibaratkan sebagai suatu proses,  tetapi bagaimana dalam suatu proses tersebut kita dapat berhasil di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat haruslah saling :

1.      Berkelompok
Sekelompok manusi dan binatang sangatlah berbeda dalam kondisi kelompok binatang ketika seekor harimau di masukkan  ke dalam sekelompok kambing maka kambing tersebut llari dengan sendirinya tidak mempedulikan teman lainnya dan si kambing erasa aman jika salah satu dari temannya telah di mangsa. Dalam sekelompok manusia tidak hanya mementingkan diri sendiri tetapi melihat temannya juga karena manusi memiliki akal tidak seperti binatang.
Kegunaan hirarki pada manusi tak lain adalah pembagian sebuah tugas yang satu samalain saling berfikir, menulis, dan sebagainya

2.     
Sebuah contoh dari Sujiwo Tejo :  ketika ada seorang anak yang benar-benar ingin belajar kepada seorang Pak Kyai anak tersebut mau menuruti apa yang dikatakan Pak Kyai dan seketika itu beliau meyuruh anak tersebutu untuk berjalan dengan membawa sendok yang didalamnya berisikan kelereng dan kemudian anak tersebut berjalan dengan sendok yang menempel di mulut sampai menghampiri  beliau dan yang terjadi sendok dan kelereng tersebut masih utuh tidak ada yang jatuh, setelah itu beliau menanyakan kepada anak tersebut dalam sebuah perjalanan sampai beliau apa yang anda lihat saat itu?? Si anak hanya bisa diam dengan pertanyaan itu dan tidak bisa menjawab. Dari situlah beliau langsung saja tidak meluluskan anak tersebut untuk jadi muridnya karena si anak hanya focus pada satu tujuan dan tidak memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Dapat disimpulkan juga anak lebih focus pada kognitif dan pada afektif tidak sama sekali di lihat. Pada dasarnya untuk kognitif, afektif, motoric haruslah saling melengkapi karena jika Cuma kognitif saja maka pengetahuan dalam berfikirnya yang di asah sedangkan untuk sikap dan tingkah laku tidak sama sekali. Dalam masyarakat sebenarnya yang dicari hanyalah afektif bagaimana sikap kita terhadap masyarakat dilingkungan kita.




barir_ALin

Komentar

Postingan Populer