Diskusi Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah (DISMAPLUS)
Dengan materi yang disampaikan isi Pidato Ir. Soekarni
dihadapan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat pada tahun 1956
“ Engkau hai
pemuda-pemudi yang ada disini, sekarang mengerjakan investment.
Kerjakanlah pekerjaanmu
itu ebaik-baiknya. Kerjakanlah sebaik-baiknya oleh karena, apa yang engkau
kejar adalah ilmu.
Dan ilmu itu bukan
untukmu sendiri. Tetapi ialah untuk anak cucumu, untuk bangsa Indonesia, untuk
rakyat Indonesia, untuk tanah air Indonesia, dan untuk Negara republic
Indonesia.
Maka
saudara-saudaraakademis sekalian jikalau kita kumpul disini kenangkanlah akan hal
itu,
Kenangkanlah bahwa
seperti tadi aku katakan. Kobaran-kobaran kita telah berat sekali.
Laksana semua
orang-orang bangsa Indonesia yang sekarang terkubur ditaman-taman pahlawan. Semuanya menunggu-nunggu akan kedatanganmu
kembali.
Agar
supaya kamu nanti dapat memberikan sumbangan kepada tanah air dan bangsa”.
Diatas Merupakan isi
dari pidato Ir. soekarno
Mahasiswa bukan lagi
siswa, banyak tugas dan masalah-masalah yang harus diselesaikan mahasiswa
brtanggung jawab lebih berat. Mahasiswa adalah individu /kelompok pemuda
intelektual yang sedang belajar di perguruan tinggi (baik Institute,
Universitas dan Akademi). Selain itu mahasiswa juga actor inntelektual yang
mamiliki hasrat belajar tinggi/ melebihi dari para pemuda-pemudi yang lain dan
mempunyai pandangan-pandangan kedepan yang jauh lebih tajam dan kritis dalam
usaha mencapai tujuan Bangsa dan Negara Republik Indonesia. Berbicara soal
mahasiswa tentu juga akan menyinggung soal wadah dari peng-GEMBLENG-an para
calon-calon pemimpin bangsa ini yaitu Perguruan Tinggi atau sering disebut
Kampus. Mahasiswa disini lebih menuntut ilmu dan memiliki hasrat yang tinggi
pada ilmu dipelajarinya bukan berorientasi pada pekerjaan dahulu, tetapi bukan
berarti Mahasiswa dituntut untuk memilki ilmu selamanya sampai hidup tetapi
juga ada saatnya mahasiswa untuk mencari suatu pekerjaan.
Perguruan tinggi merupakan tempat yang didesain khusus
untuk para mahasiswa dalam menempuh pendidikan serta sebagai upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusianya. Berbeda dengan ketika di Sekolah Menengah Atas
(SMA), diperguruan tinggi para mahasiswa dicirikan oleh tiga hal : menjadi
insan mandiri, berfikir reflektif dan berpikir kritis. Sesunguhnya tugas menjadi
mahasiswa sangatlah berat apabila berkaca dari pemaparan tentang tugas pokok Perguruan
Tinggi dan tujuan Pendidikan Tinggi. Secara singkat sangat jelas bahwa mahasiswa
menjadi kunci kemajuan suatu peradapan bangsa dan Negara, karena dituntut untuk
mampu menciptakan dan mengembangkan ilmu Pengetahuan dan teknologi yang
nantinya mampu ditransmisi kepada masyarakat umum (pembentukan budaya). Selain
itu Mahasiswa juga dituntut untuk mampu menjadi tangan kanan masyarakat ketika
pemerintah bekerja tidak sesuai dengan keinginan rakyatnya. Hal ini yang terkadang
harus dipahami dan diresapi oleh Mahasiswa agar kedepannya kehadiran Mahasiswa
sangat nyata dirasakan oleh masyarakat. Sejarah-sejarah pada pra kemerdekaan
dan pasca kemerdekaan seperti yang dituliskan Pramodya Ananta:
“
Didiklah masyarakat dengan organisasi , Kemerdekaan dengan perlawanan”
Dalam diskusi ini termasuk pada Jurusan PLS tidak
diajarkan sebagai pecundang tetapi PLS diajarkan sebagai perintis “ Agent Of Change”. Berbicara soal peran
dan fungsi Mahasiswa di era teknologi yang semakin canggih seperti sekarang
bisa dikatakan munafik dan Omong Kosong. Seperti yang kita ketahui Mahasiswa menjadi
lebih tergantung/ tidak mandiri, berpikir instan, malas dan gampang
diombang-ambing oleh isu-isu ynag belum tentu kebenarannya. Peran dan fungsi mahasiswa
sebagai berikut :
1. Agent
Of Change
Mahasiswa sebagai agen suatu perubahan
artinya jika ada sesuatu yang terjadi dilingkungan sekitar dan itu salah satu mahasiswa
dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Misalnya saja
aktif disuatu organisasi intra kampus maupun ekstra kampus yang notabenne
bergerak dalam pengembangan sumber daya mahasiswa atau masyarakat. Tanpa
merapat dan bergabung dengan suatu komunitas atau organisasi saya rasa usaha
menjadi agen of change hanyalah
sebuah jargon busuk.
2. Social
Control (Control Social)
Sebagai generasi pengontrol seorang
mahasiswa diharapkan mampu mengendalikan keadaan social yang ada dilingkungan
sekitar. Jadi, selain pintar dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus pintar
dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan. Fakta yang
terjadi saat inii mahasiswa hanya sibuk dengan nilai IPK, atau bisa dikatakan
hanya kognitif oriented. Sehingga
kemampuan bersosial dan kepekaan
mahasiswa mengalami pergeseran kearah yang tidak sebagaimana mestinya.
3. IronStock
(Generasi Penerus)
Sebagai tulang punggung bangsa di masa
depan, mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki
kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat mengantikan generasi-generasi
sebelumnya dipemerintahan kelak. Intinya mahasiswa itu merupakan asset, cadangan, harapan bangsa untuk
masa depan bangsa Indonesia.
4. Moral
Force (Gerakan Moral)
Mahasiswa sebagai penjaga stabilitas
lingkungan masyarakat, diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang ada. Bila
dilingkungan sekitar terjadi hal-hal yang menyimpang dari norma yang ada, maka
mahasiswa dituntut untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Dari materi yang diberikan oleh pemateri, banyak
peserta diskusi yang menanyakan bahkan memberi tanggapan ataupun tambahan, meski
dalam diskusi ini sedikit terganggu oleh forum lain yang bersebelahan dengan
rapat HMJ jurusan BK dengan begitu diskusi masih tetap aktif dan banyak yang
ditanyakan oleh beberapa peserta diskusi sebagai berikut :
Pertanyaan pertama oleh
Wahidin/ 2015 : Bagaimana cara mempertahankan idealis kita dan mengembangkan
jika lahan mahasiswa hanya di kampus / mempertahankan idealisme ketika di luar
kampus/ masyarakat ? Dijawab oleh
pemateri : ketika di dlam buatlah hal seideal mungkin karena jika keluar kampus
akan sangat sulit. Akan tersingkir, masuk sistem dan perubahannya masuk sistem
di siasati agar bisa idealis dan membuat sebuah perubahan. Hidup harus idealis
tapi harus melihat situasi dan kondisi. Masuk sistem dulu, asal bisa memanejemen
resiko.
Tambahan dari Wendy/
2014 : Harus ada kemauan dan kesempatan, ketika kemauan ada tapi kesempatan
tidak ada maka kita harus mencari-cari kesempatan. Tabrak selama kita benar dan
memiliki tujuan konstitusi dan pegangan dari masing-masing individu.
Wahid/ 2014 : Mahasiwa
sebagai agen of change kenyataanya mahasiwa PLS idealnya itu seperti apa? Dijawab
oleh Pemateri : idealnya tidak bisa di tetapkan. Bergabung dengan komunitas/organisasi.
Karena akan menjadi lahan kita di tempah agar siap saat terjun langsung ke
lapangan. Baca referensi yang ada pada katalog karena itu akan sangat bermanfaat.
Sebelum menjadi mahasiswa mandiri kita butuh bimbingan. Jurusan PLS harus berfikir
beda, aktif dalam berorganisasi, pengabdian masyarakat, memiliki cara pandang
lain dan jelas. Bukan hanya memberi uang tapi juga harus membangun motivasi.
Ridwan/ 2014 : Ciri2
mahasiswa. Kalau madiri sudah mampu di bangun. Reflektif kegiatan yang di lakukan
harus di refleksikan, kritis, mahasiwa banyak yang kurang kritis. Ketika punya
pendapat mereka takut menyampaikan. Apa mental yang harus di bangun atau
lingkungan yang membuatnya seperti itu ? Dijawab oleh Pemateri : Setiap
mahasiswa itu memilii gaya masing masing untuk mengkritisi suatu hal, Kurang
kritis setiap angkatan memiliki gaya untuk menyikapi kritis.
Niko/ 2015 : Tidak
setuju dengan Moral Force karena ini tugas kawan-kawan di jurusan hukum bukan
di FIP. Jalan yang lurus adalah urusan agama. Di jawab oleh Nizar/ 2015 : Kita
disini sbgai moral force gerakan moral, untuk kata lain dari nomer tiga kita
mahasiswa harus menjadi generasi penerus itu harus ditambahi menjadi generasi
pelurus, terkait dengn system jika di analisa itu berbeda dengan apa yang kita
tujukan. Bagaimana cara kita untuk meluruskan ituu tugas kita sebagai gerakan
pengubah moral. Contoh politik uang itu pastinya ada, bagaimana kita bisa
menjadi generasi pelurus untuk meluruskan masalah politik yang ada bukan
menjadi generasi penerus yang hanya bisa meneruskan politik di Indonesia ini.
Fitriana/ 2014 : ini
masaalah dengan kritik dan tujuan, hal sepele di kelas. Ketika dikelas waktu
hampir habis sedangkan salah satu teman ingin bertanya tetapi teman lainnya
tidak memperbolehkannya memakai ekspresi raut wajah maupun mata, Korupsi waktu.
Harusnya kita bertanya itu langsung menegur teman yang bertanya. Dari diri
sendiri kita juga tidak menkritiskan diri kita sendiri.
Winda/ 2015 :
Penelitian ilmiah dan menyiapkan para ilmuwan ? Dijawab oleh Pemateri : berani
ngomong ini yang itulah pls berani bernalar ban berani menyuarakan pendapat.
Contoh PKM itu tidak sesuai dan banyak masuk dalam RPS atau SKS. PKM bahan UAS
banyak literasi dan bacaan maka berani mengkritisi. Jika tidak ya akan manut dan mengikuti alur, membiarkan
masuk dan berkecimpung di mata kuliah. Secara tidak langsung kita di tekan.
Jika ingin kreatif butuh sebuah kebebasan.
Belajar dari pengalaman yang memilki banyak wacana dan rasa ingin tau yang
tinggi. Jika ingin kritis ya harus memiliki banyak wacana. Mengkritik PKM
sebagai Kontra produktif karena sebagai karya penulisan ilmiah, karya-karya
sendiri dan disisi lain PKM juga digunakan tidak selayaknya dimasukkan pada
RPS/ SKS sebagai bahan UAS dan sebagai akreditasi A. Takut mengungkapkan itu
hal yang wajar karena masih berorientasi kembali lagi tentang visi kuliah Jika
ingin belajar secara cepat maka belajarlahn organisasi. Puncak kebutuhan adalah
aktualisasi diri. Tunjukkan jika kita bisa dan mantapkan tujuan kuliah.
Tambahan dari Ardi/
2014 : Mahasiswa harus mempunyai tujuan yang ditekankan lebih dan jangan
menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah
pulang, kuliah pergi). Jangan sampai kita menjadi Domba digembalakan opo jare bapak, opo jare bos, opo jare tuan
kita. Peran mahasiwa harus punya tujuan, manusia saja punya tujuan apalagi
mahasiswa tekankan tujuan lebih dari kemarin jangan jadi mahasiwa yang hanya
datang. Pertegas tujuan dan jangan mau menjadi pengikut baik dari orang tua
ataupun teman dan sebagainya. Kita harus memiliki tujuan dan jangan menjadi
mahasiswa kupu-kupu
Tambahan dari Wendy/
2014 : menambahi sebagai mahasiswa PLS memiliki toleransi dan saling menghargai
yang tinggi menjadi Mahasiswa humanis harus memiliki sifat menghargai/
toleransi yang tinggi kepada bagi mahasiswa PLS ciri khas ras toleransi dan
rasa menghargai tinggi: 1.Kakak tingkat.sumber ilmu pertama dari akak tingkat,
2.Teman, 3.Dosen. Mengawali kebijakan sendiri. Jika salah benarkan. Mengawal
kebijakan bukan berarti harus muluk-muluk,
misalnya saja pada lingkungan kita, pertama harus kawal kebijakan sendiri,
kedua kawal yang menghimpun kita. Organisasi bukan hanya milik anggota tapi
milik bersama, Kawal ormawa yang ada dengan bersama-sama.
Tambahan dari Alifiyah/
2014 : peran mahasiwa pengalaman merubah dunia di mahasiswa dan merubah dunia
sekitar. Merubah dunia kita bagaimana kita yang menyadarkan bahwa kuliah itu
penting Merubah mindset diri kita sendiri, bahwa pendidikan itu penting. Skill
harus di imbangi dengan pengetahuan dengan bertemu kakak tingkat yang terkenal
bernama Endah Setiyowati bisa termotivasi olehnya, karena motivasi awal saya bisa
terkenal di organisasi dan itu baru saya rasakan ketika berorganisasi baru tau
bagaimana cara menghadapi masalah. Melek
akan permasalahan, Mempengaruhi lingkungan sekitar, Apa yang kita dapat itu bisa
di share kepada lingkungan sekitar dan memiliki pengalaman yang tersirat.
Kesimpulan diskusi dengan
tema “peran mahasiswa di dalam dan di luar kampus”. Pendidikan sebagai
investasi secara tidak langung. Baik apa tidaknya investent tersebut tergantung
pada individu itu sendiri. Ilmu bukan untuk kita sendiri namun juga untuk orang
sekitar kita bahkan ilmu itu dapat merubah perkembangan baik bangsa maupun
negara ke arah yang baik. Mahasiswa di
tempa di kampus untuk mengetahui pentingnya pendidikan, maka jangan prespektif
ke arah pekerjaan terlebih dahulu. Kita kita tidak mau menulis dan berdiskusi
maka kita sedang berada dalam zona aman yang sejatinya berada dalam kemunduran.
Didiklah masyarakat dengan organisasi dan perlawanan. Mahasiwa bukan generasi
wacana tapi generasi yang mampu membuat perubahan dengan actionnya yang mempunyai peran agen perubahan memberikan inovasi
baru. Bukan Mahasiswa jika tidak memiliki suatu karya pun, minimal memiliki
satu karya yaitu “SKRIPSI”.
Dari ketua pelaksana
sendiri diskusi ini berjalan dengan lancar, menarik dan pesertanya sangat
antusias tidak seperti yang diperkirakan untuk harapan kedepannya semoga lebih
baik lagi dan pesertanya lebih banyak lagi.
Pesan dari pemateri
memiliki bacaan/ wacana, Banyaklah ingin tahu, banyak bertanya, banyak share,
banyak pengalaman. Dan sebagai mahasiswa Mahasiswa itu harus menulis, membaca,
berdiskusi, pengabdian masyarakat. Rasa kepekaan social sebelum terjun ke
masyarakat yang akan memiliki inovasi dan inspirasi.
Barier_aLin
Komentar
Posting Komentar